Cerita ini saya tulis untuk memotivasi diri sendiri dan pembaca agar tetap sabar dalam usaha mewujudkan mimpi untuk menjadi seorang ibu. Juga sebagai bukti sejarah kalau saya pernah berjuang untuk menjadi seorang ibu (ecieeee... lebay).
Umi.... betapa rindunya hati ini dipanggil seperti itu. Sudah 6 tahun saya menikah tapi Allah Subhanahu wa Ta'ala belum mempercayai kami untuk menjadi orang tua. Dalam keyakinan kami inshaAllah suatu hari nanti akan terwujud. Saya menikah tahun 2009 akhir, dan baru saja melalui ulang tahun perkawinan yang ke-6.
Setahun pernikahan ketika berkumpul dengan keluarga ada saja yang menanyakan "sudah hamil?" atau pertanyaan lain yang mirip. Karena belum lama menikah, kami menanggapinya biasa saja. Namun ketika memasuki tahun ke 2 saat ditanya dengan pertanyaan yang sama hati ini sakit sekali rasanya. Terlebih lagi sebagian dari mereka nyinyir tak karuan. Banyak pernyataan dan pertanyaan pedas, mengintrogasi, menggurui dan bahkan menyalahkan selalu kami dapat saat kumpul keluarga. Momen berkumpul saat lebaran atau acara lain menjadi momok bagi saya. Lelah rasanya menjawab pertanyaan sama, yang saya sendiri juga bingung mau jawab apa. Astagfirullah hal adzim... mungkin mereka sedang lupa bahwa rejeki, jodoh dan maut itu rahasia Allah Subhanahu wa Ta'ala dan tak satupun mahluk yang tahu. Tugas manusia hanya berusaha, dan biarkan Allah Subhanahu wa Ta'ala yang menentukan hasilnya. Allah Subhanahu wa Ta'ala suka pada ummatnya yang terus berusaha.
Rasa sakit hati itu semakin menjadi, karena yang bertanya justru bukan dari keluarga dekat. Melainkan keluarga jauh. Mertua saya saja gak repot, ini kok malah orang lain yang repot. Saya mungkin tak tahu apa yang ada dalam hati mertua saya, namun saya yakin mertua saya maklum dan sadar betul bahwa rejeki anak itu murni ketentuan Allah Subhanahu wa Ta'ala, terbukti dari kedekatan kami. Bahkan saya merasa lebih dinomersatukan daripada suami, anaknya sendiri. Sikap mertua saya yang baik dan lembut menjadi penyemangat saya untuk tetap berusaha. Orang tua saya juga biasa saja dan tidak banyak bertanya atau menuntut kehadiran cucu.
Kadang saya suka suudzon, mereka yang tiap kali ketemu dan menanyakan hal yang sama hanya untuk menyakiti hati saya. Ada keluarga yang saat kami silaturahmi, tanya bolak balik. Pembicaraan yang sudah berganti topik, eh malah kembali lagi bahas soal momongan. Padahal tahun kemaren sudah saya jelaskan, sekarang nanya lagi. Entahlah.... Ada lagi saudara yang sok menggurui, intinya rugi kalau tidak punya anak. Ya... Allah hati saya bak diiris rasanya. Saya juga sudah ingin punya anak, tapi ketentuan itu murni HAK PREROGATIF ALLAH. Bukan cuma keluarga orang lain juga sama. Pernah suatu ketika ada orang lain yang bukan keluarga, hanya sebatas kenal saja. Bertanya "dah punya anak" saya jawab "belum" eh dijawab "mandul kali"... dan saya hanya bisa tersenyum.
Rasa sedih membuncah juga kadang muncul ketika buka facebook atau BBM, lihat status teman tentang perkembangan anaknya. Upload photo anak mereka yang lucu-lucu. Cerita tentang MPASI, dalam hati saya: "ya Allah giliran saya kapan?, mudahkanlah ya Allah". Hal ini juga yang membuat saya jarang buka facebook. Saya isi hari-hari saya yang sepi dengan belajar masak (khususnya baking), menjahit, dan main forum atau sosmed pakai ID bodong (wkwkwkwk).
Menginjak usia pernikahan 5 tahun, pertanyaan kapan punya anak sudah saya anggap biasa. Dengar kabar si Ini hamil, si Itu hamil juga sudah biasa. Tak ada lagi rasa marah atau iri dengan itu semua. Biarlah hanya senyum yang jadi jawaban. Dukungan mertua dan orang tua yang tak putus membuat saya kuat, sabar dan pantang mundur dalam berusaha. Banyak juga keluarga dan teman yang memberi support dan semangat, mencoba memberi solusi dan aktif memberi informasi pengobatan. Mereka adalah orang yang peduli, sebaik baiknya balasan dari Allah Subhanahu wa Ta'ala untuk mereka. Seiring berjalannya waktu memang akan terlihat mana keluarga yang benar benar peduli dan mana yang hanya berlagak peduli. Semoga semua perkataan mereka yang baik menjadi doa untuk kami.
Buat yang merasakan hal yang sama dengan yang saya rasakan. Semoga bisa sabar menghadapi mereka yang suka nyinyir. Percuma lo kalau marah, mereka senang, kita yang jadi down. Mending happy-happy aja, senyumin aja. berikan senyum terindah untuk mereka tetap semangat, terus berikhtiar, dan berdoa. Allah Maha Baik..
Tahun ini saya mulai promil kembali, setelah cukup lama rehat. Semoga kali ini bisa berhasil, amin ya Allah.
"Rabbi habli minas shalihin"
"Rabbi laa tadzarni fardan wa anta khoirul waaritsin"
"Rabbi Habli min ladunka dzurriyyatan thayyibatan innaka sami'ud du'a"
Selanjutnya saya akan mem post usaha yang sudah saya lakukan sebelumnya dan yang sedang saya jalani sekarang. Ngepostnya agak telat, kejadiannya sudah lama, mumpung masih ingat dikit-dikit. Hehehehe....
TO BE CONTINUED ^_^ (klik disini)