Setelah hampir 2 tahun berhenti ke obgyn dan mencoba pengobatan tradisional, berbekal sisa-sisa trauma kegagalan saya memberanikan diri konsultasi lagi ke obgyn. Lebih tepatnya karena terpaksa, siklus haid saya yang biasanya normal walapum terbilang panjang 35 hari (maju mundur 1 minggu) jadi berantakan bisa sampai 2 bulan sekali. Haid terakhir siklusnya 2 bulan. Setelah selesai haid terakhir dalam hitungan 1 minggu saya haid lagi tapi kali ini darah yang keluar hanya sedikit sekali. Saya biarkan selama satu minggu tapi tetap saja keluar darah, sampai 12 hari.
Dengan berat hati saya putuskan kembali menemui dokter kandungan, dan kali ini dokter yang berbeda dr. Rus** Spog. Dokternya tak banyak bicara, di awal kunjungan saya sudah merasa nyaman dan cocok dengan dokter ini. Hasil pemeriksaan USG menunjukkan saya mengalami penebalan dinding rahim. Walapun tak banyak bicara, tapi dokter R cukup komunikatif beliau menjawab seluruh pertanyaan saya dengan jelas. Saya sempat menanyakan masalah PCOS, karena dari artikel di internet gejala yang saya alami sama seperti gejala PCOS. Beliau mengatakan kalau beliau juga curiga jika saya PCOS suspect. Selain diberikan beberapa obat, beliau minta saya untuk menurunkan berat badan 5 % dari total BB saat itu. Dokter bilang setelah selesai minum obat kalo penebalan dinding rahimnya masih ada, saya akan dikuretase. Alhamdulillah dari hasil kontrol seminggu kemudian penebalan dinding rahim saya sudah dinyatakan bersih.
Bulan berikutnya saya telat haid lagi kali ini juga sama hampir 2 bulan, saya kira hamil. Kemudian saya pergi ke dokter R namun dokter R sudah tidak praktek lagi di klinik yang biasa saya kunjungi, karena beliau hanya dokter pengganti dari dr Soedi***. Saya akhirnya ditangani dr. S, dr. S sudah sepuh ditelinganya dipasang alat bantu dengar. Setelah di USG, ternyata rahim saya kosong. Dokter sempat bertanya beberapa hal pada saya setelah melihat resume saya ketika ditangani oleh dr. R. Setelah menulis resep yang kata beliau obat perangsang haid, beliau mengeluarkan secarik kertas oret2 yang dimasukkan ke dalam amplop kecil. Dokter S berkata saya rujuk ke dr. T*** Dj****** S.pog K.Fer cari di RSIA Limijati Bandung beliau praktek disana. Aaaaaaa...h perasaan saya tambah kacau, mencoba menerka nerka penyakit apa yang saya derita. Sedih, tapi saya berusaha menerimanya. Beruntung saya memiliki suami yang pengertian. Kamipun sepakat untuk pergi ke dr. T di RSIA Limijati Bandung. Namun karena suami saya super sibuk, disibukkan kerjaan proyek akhirnya konsultasi ke dr. T kami tunda sampai suami saya punya waktu luang, sekaligus mempersiapkan budget berobat ke dr. T.
TO BE CONTINUED (klik disini)