Alhamdulillah satu step terlalui. Semoga semakin dekat dengan goal yang kami inginkan. Setelah laparoscopy, selama 4 hari masih terus keluar darah mirip darah haid. Sesekali luka bekas operasi masih sakit saat duduk terlalu lama. Perlahan rasa sakitpun mulai mereda. Kalau tidak nyeri saya hanya minum antibiotik oral yang diberikan sedangkan obat anti nyerinya tidak saya minum. Bahkan obat anti nyeri pronalges ketoprofen (pain killer via anus) tidak pernah sekalipun saya gunakan. Hanya ada sedikit masalah, karena opsite (plester luka anti air) bolak balik rembes saat mandi. Jadilah opsite yang seharusnya dibawa saat kontrol saya pakai dulu, bahkan sempat beli opsite lagi karena rembes terus.
Kontrol I Pasca LOD
Satu minggu terlewati, tiba saatnya saya kontrol sekaligus buka jahitan. Sampai diruang tunggu suster menanyakan apakah saya membawa oposite dan betadine yang diberikan setelah operasi, saya bilang saja kalau sudah terpakai. Suster menyarankan saya untuk membeli 3 pcs opsite lagi di apotik. Tiba juga giliran saya, suster langsung mengarahkan saya menuju bed disusul dr. T. Tek..tek.. bunyi gunting saat dr.T memotong sisa benang bekas operasi, dilanjutkan suster mengusap lukanya dengan betadine dan ditutup kembali dengan opsite. Kali ini saya tidak di trans V. Setelah selesai saya kembali ke samping suami saya. dr. T membuka photo operasi LOD saya dan menerangkan beberapa hal terkait operasi kemarin dan treatment yang akan dilakukan pada saya selanjutnya. Dr.T memberikan gambaran jika saya harus bisa hamil alami dalam jangka waktu 4 bulan pasca operasi karena hasil operasi LOD hanya bisa mempertahankan kondisi ovarium normal selama 6 bulan saja, jika dalam waktu 4 bulan belum hamil saya disarankan untuk inseminasi. Selain itu dr. T juga menekankan kalau saya harus rutin minum obat dan mutlak harus olahraga setiap hari, saya juga ditarget harus bisa menurunkan 10 % dari BB saya saat itu. dr. T lucu banget, sesekali menggoda kami dan bilang kalo sekarang sudah bisa "woyo-woyo" (berhubungan intim, red) ckckckck... "Nanti saya kasi obat juga buat bapak biar spermanya galak-galak". Suami saya tersipu malu jadinya. Kontrol hari ini selesai.
- Beli opsite 3 pcs Rp. 48.000
- Biaya kontrol post operasi Rp. 300.000
- Obat untuk saya Inlacin 100 mg dan Formell (metformin 850 mg) @60 tabs (untuk 2 bulan) Rp. 487.200,-
- Supplement untuk suami Torrex (90 caps) dan Eturol escolab (60 caps) Rp. 1.115.000
Total biaya: Rp. 1.950.200,-
Kontrol II Pasca LOD
Hahaha, dasarnya saya aja kali yang suka hectic. Dr. T sebenarnya menginstruksikan kontrol pas seminggu sebelum obat habis, saya malah datang satu bulan sebelumnya. Maksudnya sich, ingin lihat kondisi sel telur. Selain itu saya punya sedikit keluhan karena siklus haid saya memendek drastis jadi 20 harian (khawatir donk jadinya). Untungnya suami mau antar saya ke Bandung, sempat sebel jua si hubby gara-gara kena macet dari farm house Lembang sampai Setiabudi. Akhirnya, sampai juga di RS Limijati. Ketemu dr. T saya senyum senyum sambil menceritakan keluhan yang saya alami. Saya kemudian di USG trans V. Dr. T bilang kalau kondisi ovarium saya sudah bagus. Beliau juga sempat menanyakan berat badan saya sudah turun berapa kg, saya bilang 5 kg. Dr.T menyemangati saya agar terus giat olahraga. "Oke dok akan saya laksanakan!". Saya diresepkan obat yang sama dengan bulan lalu, saya putuskan untuk menebus nanti saja kalau obat sebelumnya sudah habis. Seminggu menjelang obat sebelumnya habis saya tebus kembali resep dari dr. T dirumah sakit yang sama.
- Biaya Konsultasi dan USG trans V Rp. 300.000,-
- Obat Inlacin 100 mg dan Forbetes (metformin 850 mg) @ 60 tabs Rp. 449.800,-
Total biaya: Rp. 749.800,-
Kontrol III Pasca LOD
Obat yang saya tebus terakhir baru diminum 12 tab dan lagi-lagi panic plus hectic gara-gara siklus haid maju lagi jadi 18 hari. Darah yang keluar sedikit, seminggu kemudian haid lagi. Esok harinya (h+2 haid) saya minta suami untuk mengantar konsultasi lagi ke dr.T. Baru masuk ruangan, sudah digoda dr. T "sudah berapa bulan hamilnya", saya tersenyum cengengesan "belum dok". Dokter T juga tak bosan-bosan bertanya sudah turun berapa kg dan masih terus olahraga atau tidak. Dr. T sampai bertanya ulang pada suami apakah benar saya rutin olahraga, suami sayapun membenarkan kalau saya rutin olahraga dan sudah turun 10 kg (padahal yang sebenarnya sudah turun 11 kg). Lalu saya ceritakan keluhan saya, "yuk diperiksa dulu" kata dr. T. "Bagus kok kondisinya" ujar dokter T sambil mengoperasikan alat USG. Sebelum menyudahi USG dr. T menggoda saya, "langsingan ya sekarang, makan apa". Sayapun menjawab "saya ganti beras putih dengan beras merah dok, dan menjauhi makanan yang indeks glikemiknya tinggi". Dr. T tersenyum lalu kembali menyambung percakapan "saya mau ganti juga ah makan beras merah", lucu kan dokternya, ckckckck. Di meja konsultasi dr. T menjelaskan kalau kondisi yang saya alami wajar, rahim saya sedang bingung menerima sinyal. Hal ini dikarenakan karena sebelum LOD saya hampir tidak pernah ovulasi, dan pasca LOD saya bisa berovulasi. Saya memilih untuk percaya saja dengan apa kata dr. T. Saya menyinggung diet yang saya jalani selama ini, dan dr. T menyarankan untuk dilanjutkan saja, karena pola hidup sehat itu penting, "ya kalau dilanggar sesekali gak papalah" begitu selorohnya, membuat saya dan suami tertawa. Masalah jadwal berhubungan intim dr. T tidak memberikan waktu khusus, "yang penting rutin saja 2 atau 3 hari sekali hajar aja" hahahahaha kami tertawa lagi. Beliau juga mengingatkan kalau 2 bulan lagi belum hamil saya harus menyiapkan diri untuk menjalani proses inseminasi. Dr. T kembali meresepkan obat yang sama, saya memutuskan menebus obatnya setengah saja, karena obat sebelumnya masih banyak.
- Biaya Konsultasi dan USG trans V Rp. 300.000
- Obat Inlacin 100 mg dan Fomell (metformin 850 mg) @30 tabs Rp. 243.600,-
Total biaya: Rp. 543.600,-
**postingan ini dilengkapi dengan nilai nominal biaya pengobatan semata mata bukan bermaksud pamer dsb, namun hanya sebagai tambahan informasi saja.
To be continued (klik disini)