23 Februari 2016,
Sementar ghiroh mulai melemah, kusematkan keyakinan padaNya. Ya suatu saat pasti kejaiban itu akan datang menghampiriku...
Minggu itu saya menjalani rutinitas seperti biasa. Kembali disibukkan pekerjaan rumah tangga. Setelah minggu kemarin saya dan suami pulang ke Kediri Jawa Timur. Tiada pertanda khusus yang saya rasakan. Hanya saja selama 2 hari saya sedikit pusing, tapi kalau dibawa beraktifitas pusingnya hilang. Menjelang malam sehabis magrib perut saya seperti begah. Saya sama sekali tak menghiraukan perubahan yang ada dalam diri saya. Saya menganggapnya biasa saja karena cenderung mirip tanda-tanda datang bulan. Sayapun sudah menyiapkan diri, apapun yang terjadi akan saya hadapi dengan Ikhlas. Masih terngiang ngiang kata kata dr. T jika dalam 4 bulan pasca LOD saya tidak bisa hamil alami maka saya disarankan menjalani proses inseminasi, dan kini sisanya tinggal 1 bulan lagi.
Saya sudah mulai browsing tentang inseminasi, mulai dari biaya yang diperlukan, tahapan inseminasi dan sempat mengunduh beberapa video dari youtube yang saya tunjukkan ke suami. Suamipun tampaknya menerima semuanya. Tak sampai disitu saja, saya mulai aktif menghubungi Bandung Fertility Center (BFC) RSIA Limijati untuk meminta arahan perihal inseminasi tersebut. Lebih jauh saya mulai cari info hotel/ penginapan di Bandung di sekitar Riau Junction, sebab jika nantinya saya menjalani inseminasi tidak mungkin tiap hari bolak balik Indramayu-Bandung. InsyaAllah mental sudah jauh-jauh hari saya siapkan, termasuk akan menerima hasil terburuk nantinya.
|
Tiga test pack menunjukkan 2 bar garis lurus |
Pagi itu tak seperi biasanya, sudah 3 hari ini saya selalu bangun lebih awal karena kebelet ke kamar mandi. Padahal sebelum-sebelumnya tidak pernah merasakannya kecuali pada musim dingin, atau sebelum tidur minum banyak. Entah apa yang merasuki saya pagi itu, bangun sebelum Subuh, kebelet tapi seperti tak sadar. Bukannya ke kamar mandi, saya malah buka-buka lemari cari testpack sisa bulan kemarin yang masih tinggal 1 pcs. Buka lemari pelan-pelan karena takut suami terbangun. Haa... saya sudah gila rupanya, saya mencaci diri sendiri dalam hati, jika dihitungpun hari itu saya baru telat 2 hari (jika siklus dihitung siklus normal 28 hari).
Bergegas ke kamar mandi, dan terburu-buru menampung urin tengah. Lalu membuka kemasan testpack merk "onemed". Dalam hati sebenarnya saya lebih meyakini kalo hasilnya kali ini pasti negatif lagi. Dug...jantung bedegup kencang saat mulai memasukkan testpack. Daaaaaaan tak sampai menunggu lama langsung jelas terlihat 2 strip. Seperti bermimpi rasanya, antara percaya dan tak percaya. Saya masih terkejut, detak jantungpun berirama lebih cepat. Sisa urin saya bersihkan, keluar kamar mandi dan lari membangunkan suami. "Bi..bi..bi..bangun", suami dalam keadaan setengah sadar "opo to"? Test pack dengan 2 garis saya tunjukan sambil berkata "ini beneran kan"?? Air mata saya meleleh tanpa henti sambil memegangi selimut yang suami saya kenakan. "Positif", kata suami saya. "Ho oh", jawab saya pelan sambil menahan tangis dan masih tak percaya dengan semuanya. Saya kembali ke kamar mandi mengambil petunjuk penggunaan testpack. Rupanya suami saya berinisiatif mengabadikannya lewat kamera hape, testpack dengan 2 garis diphotonya berulang-ulang. Tak puas sampai disitu, saya pun ikut mengabadikannya. Akhirnya adzan subuh pun terdengar, saya mengambil wudhu. Sebelum sholat saya mendapati suami yang sudah duduk diatas kursi memandang saya sambil melemparkan senyuman yang sangat manis, membuat saya ingin menangis lagi. Ya Allah benarkah ini?
Selesai sholat Subuh saya mengerjakan ritual rutin yaitu mengaji. Kali ini sampai surah As Saffat saya membacanya sambil terbata bata menahan tangis bahagia. Hingga sampai tepat ayat 100 "Rabbi habli minasshalihin" dilanjutkan dengan ayat 101 "Fabasharna hubilaghulaamin halim" air mata saya semakin tak tertahan saya menangis terisak-isak. Saya mengulangi 2 ayat tersebut dan membaca artinya dalam hati, "Ya "Tuhanku, anugerahkanlah kepadaku seorang anak yang termasuk orang yang shaleh" (100). Maka Kami beri kabar gembira kepadanya dengan kelahiran seorang anak yang sangat sabar, (Ismail)" (101).
Saya menghentikan bacaan Al Quran saya karena masih menangis, "Ya Allah apa ini, adakah ini petunjuk dariMu ya Allah". Setelah tenang saya melanjutkan sisa bacaan surah As Saffat. Dua ayat ini memang fenomenal sekali, ayat ini adalah doa nabi Ibrahim ketika memohon keturunan. Tiap tahun saat Idul Adha pastilah ada kutipan 2 ayat ini saat khutbah sholat Ied. Saya sendiri tahu ayat ini, bahkan sering membacanya. Tapi saya lupa kalau ayat ini dari Surah As Saffat. Benar-benar tanpa kesengejaan, saya membaca surah As Saffat ini, saya hanya mengikuti runtutan surah setelah surah Yasin yang saya baca di hari sebelumnya. Saya menganggap apa yang sudah saya lalui adalah pengalaman spritual yang tidak akan terlupakan selama hidup saya. Bukan bermaksud ingin menyamakan kisah kami dengan nabi Ibrahim, sungguh kami tak layak dan tak berharga jika dibandingkan dengan manusia pilihan Allah, kami hanya meneladani kesabaran nabi Ibrahim Alaihissalam dalam doanya memohon keturunan pada Sang Khalik, Allahuakbar. Alhamdulillah setelah 6 tahun menunggu, bersabar dan berikhtiar, Allah mengabulkan doa saya.
Siang hari saya merengek ke suami minta diantar ke apotik untuk membeli testpack baru. Masih ada sisa keraguan yang harus saya hilangkan. Siang itu saya membeli 2 merk testpack, sensitif dan 1 merk Ham-L yang akan saya gunakan untuk cek ulang. Karena kegirangan malam saya jadi susah tidur, ingin cepat pagi supaya bisa ngecek ulang. Dasar gak sabar.. jam 3 pagi saya bangun buat ngecek, saya gunakan yang merk ham-L daaaaan hasilnya masih sama 2 strip juga (senyum-senyum sendiri di kamar mandi) kemudian saya tidur lagi. Setelah sholat subuh dan selesai mengaji saya mengajak suami saya untuk melakukan test bersama. Tentu saja pakai urin yang berbeda dengan yang saya pakai jam 3 tadi. Alhamdulillah hasilnya masih tetap sama 2 strip. Saya kumpulkan ketiga tespack yang saya gunakan dan saya abadikan dengan kamera HP.
Waiting for 6 years... answered...
Selama 6 tahun berusaha banyak sekali yang telah kami alami. Mungkin saja diluar sana masih banyak pasangan lain yang mengalami ujian yang lebih berat dalam usaha mendapatkan momongan. Ada beberapa point penting yang saya dapat simpulkan dan jadi pelajaran penting untuk diri sendiri, bahwa komunikasi 2 arah antara suami istri itu sangat penting, tiada guna jika saling menyalahkan. Mencoba saling terbuka, memahami satu sama lain dan menerima kekurangan pasangan menjadi awal penyatuan kesamaan tujuan. Yang terpenting adalah jangan pernah berputus asa pada Rahmat Allah, dengan ijinNya semua yang tak mungkin jadi mungkin. Allah menimpakan ujian karena tahu bahwa kita mampu melaluinya. Jangan pernah sekali kali berburuk sangka pada Allah, yakinlah Allah maha segalanya. Iklashkan hati menjalani semuanya. Banyak cerita nyata mereka yang berhasil hamil setelah benar-benar berserah padaNya. Kamipun sama, kami hanya bisa terus mengusahakan yang terbaik dan menyerahkan keputusan mutlak pada sang Khalik. Kami merasa begitu bersyukur akan anugerah yang Allah berikan ini. Semoga kehamilan saya lancar sampai proses persalinan nanti.
TO BE CONTINUED (klik disini)