Ni juga late post banget, dah ditulis dari kemaren2 tapi belum diposting aja di blog. Hari ini my baby genap 7 bulan.
|
usia 1 hari, wajahnya mirip banget abinya. |
Entah dari kapan punya keinginan menulis untuk sekedar berbagi keluh kesah pengalaman melahirkan buah hati yang sudah lama dinanti. Tapi kesibukan sebagai ibu baru ditambah sedikit stress karena jauh dari hubby membuat saya enggan untuk menulis. Oke kali ini pikiran sudah sedikit refresh, sudah paham juga dengan pola aktivitas sikecil alhamdulillah breathable dan mulai menulis lagi dan siap berbagi cerita.
Satu minggu menjelang perkiraan lahir, pagi itu berjalan seperti biasa, sebelum alarm berbunyi saya sudah bangun karena merasakan sesuatu yang tak biasa merembes keluar. Sedikit takut karena ada teman yang sempat share pecah ketuban saat sedang tidur, walhasil saya kira kalau saat itu saya juga mengalami hal yang sama. Tapi hal itu saya alami hanya sebentar. Setelah adzan subuh berkumandang saya bangun seperti biasa, sehabis sholat saya ceritakan hal yang saya alami ke mertua. Kata beliau hal itu biasa, kemungkinan saya melahirkan sudah dekat mungkin sekitar 2 hari lagi begitu selorohnya. Mendengar penjelasan mertua hati jadi tenang. Sekitar jam 07.30 ada cairan merembes lagi, kali ini lebih banyak disertai darah. Langsung saya tunjukkan ke mertua, mertuapun tampak cemas. Saya menelpon suami, untuk segera bersiap pulang ke Kediri. Jam itu juga saya langsung dibawa ke Rumah Sakit tempat biasa saya kontrol.
Di rumah sakit, skip..skip..skip, sampai ruang bersalin setelah dicek ternyata sudah pembukaan 2. Saya menelpon suami memberitahukan keadaan terakhir, sedangkan ibu mertua mengurus pendaftaran kamar di front office setelah dapat acc dari suami untuk ambil VIP class (ops..rada manja maklum anak pertama, lama lagi nunggunya). Suami langsung terbang dari Manado sekitar jam 15.00 dalam hati saya berharap semoga anak ini lahir setelah abinya sampai. Sesuai saran bidan saya jalan-jalan di lorong rumah sakit, agar pembukaannya cepat bertambah. Sesekali saat lelah saya berbaring diranjang. Tiap jam ada petugas jaga keliling yang bertugas memeriksa detak jantung bayi dalam kandungan. Skip lagi sudah masuk jam 19.30 setelah pemeriksaan bidan terakhir pembukaan saya belum bertambah juga. Malam itu saya tak bisa tidur, perut yang sesekali melilit ditambah rasa cemas pembukaannya belum bertambah sekalian nunggu suami yang sedang OTW dari bandara. Pukul 01.30 si hubby datang tergopoh gopoh, leganya hati melihat dia sudah datang (anak pinter, mau keluar nunggu abinya dateng).
Keesokan harinya masih tetap sama pembukaan 2 ke 3, kata bidan yang memeriksa memang kalau anak pertama cenderung lama untuk nambah pembukaan so saya disuruh bersabar. Pagi itu saya di NTS untuk memeriksa rekam jantung si jabang bayi untuk dilaporkan pada dokter yang menangani saya. Sekitar jam 09.00 WITA saya di USG, karena dokter yang menangani saya sedang tidak praktek saya di USG dokter lain dan hasilnya perkiraan usia kandungan 37-38 week, padahal sudah masuk 39 week jalan hampir 40 week. Hasil NTS dan USG kemudian dilaporkan pada dokter yang menangani saya (dr. S). Waktu terus berjalan, hati tenang karena ditemani suami dan mertua walaupun pembukaan belum juga bertambah. Sampai dokter visit datang dan menyampaikan pesan dari dr. S kalau saya disuruh pulang dan kembali lagi seminggu kemudian kalau ingin melahirkan normal, atau dilahirkan sekarang lewat operasi cesar. Dokter visit menyarankan lebih baik operasi cesar karena ini anak mahal begitu kata dokter (HSVB begitu bahasa medisnya) Sesaat setelah dokter keluar, suasana berubah panik.
Saya memang ingin normal, tapi saya juga tak ingin ada kejadian yang tak diinginkan terjadi jika saya menuruti opsi dokter yang pertama (ya iyalah, serasa gambling banyak yang saya pertaruhkan disini) tangispun akhirnya pecah. Suami tampaknya tak tega dan menyetujui operasi cesar. Persiapan operasipun dimulai, jam 14.00 saya mulai puasa disusul cukur mencukur (ops) dan pakai baju operasi. Operasi akan dilaksanakan pukul 22.00 WITA nanti. Belum juga bayinya lahir tapi saudara yang jenguk dah berdatangan. Ada bu lek, bu de, sepupunya suami, dan lainnya.
Sekitar jam 16.00 saya mulai merasakan sakit perut yang mulai intens namun saya anggap biasa saja. Hingga menjelang Isya tepat disaat rombongan keluarga suami datang Kakak ipar lengkap dengan si kembar naya rida, mbah, dan bu lik datang, rasa nyeri perut sayapun semakin hebat perlahan mulai tak tertahankan hingga ketuban mulai rembes banyak lalu suami panggil bidan jaga. Setelah diperiksa ternyata pembukaannya dah bukaan 6. Buru-buru saya dibawa keruang bersalin, sempat kesal karena saya dibawa pakai kursi roda padahal perut dah sakit minta ampun. Kenapa gak pakai bed saja, suamipun nampak ikut kesal karena ketika saya turun dari bed ke kursi roda ternyata bednya dalam keadaan tidak terkunci. Sampai diruang bersalin perasaan saya mulai kacau, melihat kondisi ruang bersalin yang penuh dengan bumil muda lagi ngeden (tambah panik donk). Awalnya saya ditemani suami, namun saya tak tega. Saya minta suami saya keluar dan saya ditemani mertua perempuan dan kakak ipar. Hemmmmmm sakit melahirkan bikin saya meringis tak tertahankan, sementara karena sudah persiapan mau operasi membuat saya setengah hati menjalani persalinan normal. Sampai saat bidan menyarankan saya untuk minum saya tetap kekeuh tak mau minum. Rasa sakitnya luar biasa, semakin lama semakin intens. Hilang muncul hilang muncul begitu seterusnya sampai air ketubannya saya rasakan mengalir deras, dan tanpa sadar saya mulai ngeden. Bidan dengan sabar membantu proses persalinan saya, walaupun beberapa kali saya marah karena hal-hal kecil. Ditengah jalan saya sudah tak kuat lagi ngeden, sesuai saran bidan akhirnya air putih dan sebotol pocari sweet disamping tempat tidur saya tenggak juga. Si jabang bayi belum mau keluar juga rupanya, sampai bidan minta ijin untuk dibantu di dorong oleh 2 orang bidan. Akhirnya dalam hitungan menit.... oeeeeeekkk sikecil keluar, saya berlinang air mata (Diluar dr. S dan dr.anastesi lari-lari kata suami saya, telat dok... bayinya sudah berojol duluan). Bayi perempuan cantik sehat dan tampak berkulit putih meski belum dibersihkan. Entah mirip siapa saya tak sempat melihat dengan seksama karena penglihatan jadi sedikit kabur setelah melahirkan. Operasi cesar yang dijadwalkan jam 22.00 akhirnya gagal, sikecil lahir pukul 22.02 terpaut 2 menit dari jadwal operasi. Sesaat kemudian bayi mungil ditempelkan di dada saya, ajaib dia mulai mencari cari sesuatu (puting) inikah yang disebut naluri. Tak berapa lama si kecil dibawa ke ruang bayi untuk dibersihkan dan diadzankan abinya. Lega rasanya bisa melihat sikecil lahir sehat sempurna tak kurang sesuatu apapun.
Selanjutnya proses persalinan diakhiri dengan sesuatu yang menyakitkan (lebay:mode on). Eh tapi bener bagian ini juga tidak kalah sakitnya. Yap..jahit menjahit, heeeeem membuat saya berkali kali meringis kesakitan. Tak kurang dari 40 jahitan, istilah bidan bilang jahit obrasan... Bolak balik saya tanya bidan "dah selesai jahitnya?" bidan hanya menjawab sebentar lagi bu. Mungkin adalah sekitar 1 jam. Setelah selesai dijahit, sayapun diseka. Sebelum diseka suami saya sempat masuk dan memberikan ucapan selamat kalau saya sudah syah jadi ibu. Saat diseka alamak, saya menjerit kedinginan. Lalu bidan menyuntikkan entah suntikan apa namanya, seka menyekapun akhirnya ditunda sampai tubuh saya kembali normal. Saya minta diambilkam selimut dan teh hangat, entah dimana suami dapet teh hangat jam segitu (00.00), teh hangatpun langsung saya seruput tanpa jeda. Akhirnya kondisi saya berangsur membaik, kemudian saya diseka pakai air hangat. Setelah diseka dan dipakaikan baju saya kembali diantar ke ruang rawat. Suami ikut kakak ipar saya pulang kerumah untuk mengambil beberapa barang yang dibutuhkan, sementara saya ditemani ibu mertua yang dengan sabar merawat saya. Tampaknya ibu mertua saya lelah namun lega karena cucunya sudah lahir, beliau tertidur lelap. Sementara saya beberapa kali terbangun, tak percaya rasanya... hampir 7 tahun dan sekarang saya syah jadi ibu. Airmatapun tak berhenti berderai, terima kasih Ya Allah.
Keesokan harinya saya mulai ceria, ditambah suka cita menyambut kelahiran sikecil. Sempat tak sabar ketemu sikecil yang masih diruang bayi berkali kali saya mengeluh ke mertua kenapa anak saya kok belum diantar ke kamar juga, mertua tersenyum simpul melihat tingkah saya, hehehe. Pukul 08.00 akhirnya sikecil diantar ke kamar juga. Masyaallah, tak bosan rasanya memandang wajah lucu yang mirip sekali dengan wajah abinya. Pun abinya juga sama, senyum-senyum sendiri memandangi anaknya. Terima kasih Ya Allah ya Rabb Tuhan semesta Alam atas segala berkah dan kekuatan yang engkau berikan. Dua hari setelah melahirkan si kecil akhirnya saya bisa pulang kerumah.
To be continued