Sebelum memutuskan untuk kembali ke Jawa Barat saya sempat memeriksakan diri ke obgyn di RS. Bayangkh*** kota kediri. Pertanyaan umum sama seperti saat saya ke Obgyn di Subang dulu, "sudah berapa tahun menikah"? "Pernah hamil"? "Pernah keguguran"? Sudah lumayan hafal, xixixi... kali ini saya sudah sedikit slow. Waktu itu saya ditangani dr. Ananing***. Setelah selesai di usg saya dan suami diberi beberapa obat (lupa obatnya apa saja, salah satunya blesifen) dan surat pengantar untuk cek lab HSG dan analisa sperma. Analisa sperma saat itu sempat dilakukan di Kediri di SIMA Lab. Alhamdulillah hasil analisa sperma suami saya bagus "normozoospermia". Berarti fix sayalah yang memiliki masalah reproduksi.
Kami memutuskan untuk kembali ke Subang dan melakukan test HSG disana saja. Sebelum melakukan test HSG saya mendatangi obgyn lagi, masih di RS yang sama seperti dulu ketika ke obgyn pertama kali, namun kali ini dokternya perempuan dr. Ferri*** Fadillah, spog. Duuuh lama sekali kata perawat praktek mulai jam 9 namun dokternya baru datang jam 11. Sejam kemudian baru dapat giliran. Setelah menunjukkan hasil analisa sperma, saya di USG. Dari hasil USG kata dokter ada kista sebesar 3.8 cm. Saya sedikit shock, waktu itu saya dibekali obat yang cukup banyak entah apa saja namanya saya lupa dan surat rujukan untuk tes HSG. Seminggu kemudian saya tes HSG di spesialis radiologi, sakit banget ternyata HSG ini mungkin karena saya tegang akibatnya jadi tambah sakit. Setalah HSG, hasil keluar kira-kira satu mingguan. Dari hasil HSG alhamdulillah tuba saya 2-2nya paten, posisi rahim normal, besar uterus juga normal.
Bulan berlalu tiba waktunya pergi ke obgyn. Saya putuskan untuk mendatangi praktek dr. Ferri*** diluar RS. Datang jam 7 pagi, antriannya sudah mengular. Jam 10 saya baru dapat giliran. Setelah di usg kata dokter kista saya mengecil, sekarang 1,1 cm dan masuk dalam kategori kista yang tidak berbahaya begitu menurut dokter. Melihat hasil HSG saya dokter bilang normal. Saya pulang dengan segepok obat (profertil, vit E dan kapsul anti oksidan, lupa namanya apa). Kata dokter jika bulan depan belum hamil disuruh kembali lagi di hari ke-2 haid. Bulan berikutnya saya dapat haid lagi, sedih banget rasanya. Begitu seterusnya sampai 3 kali siklus dengan obat yang sama tapi saya tak kunjung hamil juga. Pada saat konsultasi terakhir, dokter bilang jika masih belum hamil saya dirujuk ke RS. Hasan Sadikin Bandung. Disana pengobatan infertilitas lebih canggih kata dr. Ferri***. Saya bertanya lebih serius kali ini, dari mulai uang yang harus saya siapkan dll. Ada kejadian yang membuat saya sedikit sakit hati dengan dokter ini, waktu itu saya sempat bertanya kira-kira apa saja yang membuat orang sulit hamil ya dok. Eeeeeng... dokternya jawab agak ketus, "banyak faktorlah" bla..bla..bla..gedibla..gedibla.. malah cenderung memojokkan dan menakut-nakuti, mencontohkan kasus alergi sperma yang terjadi pada salah satu penyanyi dangdut terkenal "Camel** Ma***". Pada pernikahan pertama sang artis dangdut tidak membuahkan anak, baru pada pernikahan kedua sang artis dangdut punya anak. Spontan donk saya menimpali lalu bertanya "trus kalau seperti itu solusinya gimana ya dok", dokternya sambil senyum kecut dan berkata "ganti suami mungkin". Saya kesal sekali dengan jawaban dokter, mungkin saja maksud dia bercanda hanya saja bagi orang yang dalam kondisi susah punya keturunan seperti saya hal itu jadi sensitif. Sampai dirumah saya menangis sejadi jadinya sambil memeluk suami saya. Suami saya mencoba menenangkan, sampai seminggu saya gak doyan makan teringat percakapan terakhir dengan dokter, efek yang paling parah saya jadi trauma mau ke Obgyn lagi.
TO BE CONTINUED (klik disini)