Januari - Februari akrab dengan musim rambutan. Banyak penjual rambutan
yang menjajakannya di pinggir jalan. Rambutan berbagai jenis dari mulai
yang asam sampai manis bisa kita dapatkan dengan harga yang bervariasi
dan tentu saja dipengaruhi keterampilan kita dalam hal tawar menawar
harga, hehehehe. Saya sendiri tidak pernah sengaja membeli rambutan, bukan karena tidak
suka. Tapi lebih karena malas tawar menawar dengan penjual. Saya tahu
benar harga buah rambutan. Karena dirumah mertua saya banyak pohon
rambutan. Kalo sedang musim paling mahal dari yang punya, rambutan
hanya dihargai 1000-2000 per kg. Sah sah saja penjual mengambil untung,
tapi menurut saya kadang penjual keterlaluan ngambil untungnya (bisa 20
rb/kg).
|
kiri: rambutan gundul asli, kanan: rambutan gundul palsu. rambutan gundul palsu yang saya beli lebih rapi dari gambar sebelah kiri (sangat mirip dengan asli). Hanya saja lupa tidak saya abadikan dengan kamera HP. | |
|
Hari Kamis minggu lalu saya ikut ke Auto 2000 daerah Pamanukan Subang
Jawa Barat untuk service mobil berkala. Pulang dari Auto 2000, ketika
lewat di perlintasan kereta Api daerah Pagaden saya tergoda melihat
rambutan yang dijajakan dipinggir jalan. Ada sekitar 8 pedagang disisi Kanan dan Kiri jalan. Rambutan yang dijajakan bukan rambutan biasa tapi
rambutan tanpa rambut (rambutan gundul), dari kejauhan mirip buah ceri
namun ukurannya lebih besar dan sedikit panjang. Spontan saya suruh
suami untuk meminggirkan kendaraan, ketika belum sempat menghampiri
penjual, saya sudah dihampiri terlebih dahulu. Basa basi donk tanya ke
penjual, "harganya saberaha mang?", "tilu puluh bu" . Saya kaget, wow
harganya mahal banget, bagaimana tidak mahal 30 rb itu terdiri dari 3
ikat rambutan, tiap ikat isi nya sekitar 10 buah. Dalam hati saya,
mungkin karena ini rambutan tanpa rambut makanya lebih mahal. Baiklah
akan saya tawar. Dengan bahasa campur-campur karena tidak lancar
berbahasa Sunda saya tawar 10 ribu rupiah. Kata si penjual 20 saja, saya
masih menolak. Akhirnya karena penasaran, saya bilang lagi ke pak
penjualnya kalau saya hanya penasaran dan ingin membeli sedikit, bagaimana jika saya beli satu ikat kecil dengan harga 10 rb rupiah dan
akhirnya diijinkan oleh si bapak penjual. Sambil mengeluarkan uang 10
ribuan, saya pastikan kembali dan bertanya ke pak penjual. Rambutan ini
asli tidak berambut, dan penjualnya bilang "ASLI" meyakinkan. Oke
baiklah, menebus rasa penasaran. Diatas mobil saya perhatikan rambutan
itu dengan seksama, sepersekian menit saya tersadar kalau saya sudah
ditipu penjual. Rambutan tanpa rambut yang saya beli ternyata palsu,
suami sayapun ikut meyakinkan kalau rambutan itu memang palsu (tidak
sempat saya abadikan dengan kamera hp). Karena sudah dibeli saya buka
dan saya makan saja, rasanya sedikit asam tapi kalis seperti rambutan
aceh. Aaa...h saya kesal sekali kena tipu, untung hanya 10 rb. Bagaimana bisa mereka melakukan
penipuan serapi ini dan entah sudah berapa banyak yang tertipu seperti
saya. Kalau diperhatikan dengan seksama barulah kita tahu kalau ini
rambutan gundul asli tapi palsu a.k.a ASPAL. Benar benar rapi satu
rambutpun tak ada. Membuat saya berpikir keras bagaimana cara mereka melakukan dan bisa menyamarkannya (lebayyyyy), setelah mengamati
beberapa kali barulah jelas terpikir cara yang mereka lakukan, terlebih
lagi ketika mencium bau tangan setelah mengupas rambutan gundul aspal
yang berbau sisa bakaran, mirip daun pisang yang bakar. Oh jadi seperti
itu...... mereka melakukan penipuan ini dengan menggunting bulu rambutan terlebih dahulu lalu difinishing dengan cara dibakar untuk menghilangkan sisa rambut
yang tidak tergunting dan menyamarkan sisa guntingan agar terlihat rata.
Jaman sekarang ada saja orang yang ingin untung besar, dengan jalan
penipuan seperti ini. Hati-hatilah kalau lewat di perlintasan kereta api
Pagaden jangan sampai tergoda melihat rambutan gundul aspal seperti
saya.